Kamis, 29 Agustus 2013

What Should I Do?


Hati-hati pada hatimu.
Jangan biarkan ia jatuh di hati yang salah.


Message received..

"Buruan keluar. aku uda di depan"

Aku bergegas keluar. Tak lama mencari, aku pun menemukan seseorang di depan pagar kos-kosan. Masih di atas jok motor hitam kesayangannya. Masih menggunakan helm.

Dari awal berkenalan dengannya, tak pernah ia sekalipun duduk di tempat duduk yang telah disediakan untuk tamu di depan kosan. Dia lebih senang menungguku di atas motornya ketimbang duduk. Entah.

Aku segera naik.

"Mau kemana, bi?" tanyaku.

Dia hanya tersenyum. Menatap pada kaca spion.

Aku juga tersenyum. Menatap pada kaca spion.

Kami saling memandang lewat kaca spion. Melepas rindu.

Tiga minggu sudah kami tak bertemu karna kampus kami sedang libur semester genap. Tapi selama perjalanan kami juga tak banyak berbincang.

Sebenarnya aku adalah pribadi yang banyak omong. Humble kata teman-temanku. Mungkin cenderung cerewet.

Tapi sifatku berubah seketika saat aku bersamanya. Dia tak banyak omong. Lebih banyak mendengarkan dan tersenyum.

Kadang sifatnya membuatku menarik nafas panjang.

Seringkali aku bercerita ke sana ke mari, menceritakan apa yang ingin ku bagi dengannya. Dan seperti biasa, dia hanya tertawa mendengar ceritaku.

Mungkin Tuhan memang sengaja mengirimkannya untukku. Aku yang tidak bisa diam, dipasangkan dengannya yang tidak banyak omong.

Kami satu kampus. Satu tingkat. Tapi berbeda fakultas.

Dia seorang engineer. Aku ekonom. Insya Allah..

Tiga puluh menit kami saling memandang lewat kaca spion tanpa satu kata pun. Sambil saling melempar senyum. Menikmati perjalanan. Sampai akhirnya dia memarkir motornya.

Sudah sampai di tempat favorit kami berdua. Alun-alun.

Alun-alun ini lebih mirip taman bermain.

Kami lebih sering pergi ke sini, ketimbang tempat lain. Karna tempatnya agak jauh.

Hampir setiap ke tempat ini, kami tidak pernah bertemu dengan teman kami. Dan kami rasa, ini tempat paling aman.

Kami duduk di kursi-kursi yang sudah disediakan di sana sambil mengobrol ringan.

"Deny!"

Aku mendengar seseorang memanggil namanya dari jauh.

Kami saling berpandangan. Entah apa yang harus kami lakukan.

Tanpa pikir panjang, dia menghampiri orang yang memanggil namanya.

I'm save. Pikirku.

Deny menghampirinya. Jaraknya memang agak jauh dari tempat kami duduk.

Samar-samar aku mendengar perbincangan mereka. Sambil sok asik memainkan gadgetku.

"Sama siapa, Den?" tanya lelaki itu. sepertinya dia kemari dengan teman wanitanya,

Deny hanya tersenyum.

"Kok pake jilbab? Bukannya yang kemaren ngga pake ya?" lanjutnya.

Kalimatnya memang sedikit mengena di hati. Karna setiap aku keluar dengannya, aku selalu mengenakan jilbab.

Aku tetap sok asik sendiri.

Deny tersenyum lagi. "Kamu ngapain di sini?". Deny bertanya, mengalihkan pembicaraan.

Agak lucu memang dia bertanya seperti itu. Ya jelaslah mereka ingin jalan-jalan menikmati malam di sana.

"Jalan-jalanlah, Den. Emang mau ngapain lagi?" jawabnya.

Bingo! Benar kan? Ucapku dalam hati.

"Yaudah Den, kita duluan ya" 

"Iya. Hati-hati" jawab Deny.

Deny kembali menghampiriku.

Aku mengerutkan kening.

Seolah sudah tau maksudku, dia menjawab "Temenku sekelas" katanya.

"Terus?"

"Indah pernah ke kampus. Dia tau Indah" lanjutnya.

"Aha?". Aku menatapnya dalam.

Dia mengalihkan pandangannya dariku. Melihat ke arah lain. Diam. Aku masih menatapnya dalam.

Aku memegang bahunya. "Yaudah ngga usah terlalu dipikir"

Dia menatapku lagi sambil tersenyum.

"Maaf ya"

"Kamu kok minta maaf?" tanyaku.

Dia merangkulku. Meremas lenganku. Seolah menguatkan aku.

"Aku nggapapa bi" sambil tersenyum. Tidak ingin memperlihatkan kepedihanku kepadanya.

Aku takut Deny merasakan apa yang aku rasakan. Hatinya sudah perih karna Indah. Kekasihnya.

Kedua orang tua Indah tidak menyetujui hubungan mereka.

Dulu Deny seringkali menceritakannya padaku. Menceritakan tentang perubahan sifat Indah yang berubah seketika. 

Dia sering bercerita tentang ketidaknyamanannya bersama Indah.

Awalnya aku empati kepadanya. Entah sejak kapan perasaanku berubah menjadi sayang yang berlebihan kepadanya. Ingin membuatnya nyaman ketika dia sedang bersamaku.

Dia memiliki perasaan yang sama terhadapku. Aku melihatnya dari matanya.

Tapi aku juga tahu, perasaannya kepada Indah jauh lebih besar ketimbang perasaannya padaku.

Itu sebabnya dia tidak ingin melepaskan Indah. Karena hubungan mereka sudah berjalan selama 5 tahun. Sedangkan hubunganku dengan Deny baru beberapa bulan berjalan.

Sampai kapan akan berjalan seperti ini? Sampai kapan aku terus di posisi ini? Sampai kapan aku menahan perasaanku?

Apa ini salahku? Apa Deny yang salah? Atau salah Indah?

Indah? Indah tidak tahu apa yang terjadi padaku.

Deny? Deny hanya merasa tidak nyaman bersama Indah.

Aku? Aku hanya membuat Deny nyaman bersamaku.

Entahlah.

Hanya hatiku yang jatuh di tempat yang tidak tepat.